Nkrinow- Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia Arsjad Rasjid mengatakan usaha kecil dan menengah (UKM) menjadi sektor yang paling terbebani setelah Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 4,25 persen.
Ia menuturkan kenaikan suku bunga acuan BI7DRR ini akan dirasakan oleh seluruh pelaku usaha. Terutama, perusahaan-perusahaan padat modal seperti keuangan, konstruksi, dan properti.
Menurutnya Arsjad, bagi perusahaan yang memiliki cadangan kas cukup, tingginya tingkat suku bunga membuat mereka menempatkan dana pada instrumen deposito maupun obligasi.
“Hal berbeda terjadi pada perusahaan UKM dengan cadangan kas terbatas. Mereka akan terbebani oleh semakin tingginya biaya usaha dikarenakan meningkatkan suku bunga pinjaman,” kata Arsjad kepada CNNIndonesia.com, Jumat (23/9).
Oleh karena itu, ia mengatakan kenaikan suku bunga ini berpotensi mempersulit pelaku usaha terutama UKM dalam membayar dan mengajukan kredit atau pinjaman. Sehingga, pertumbuhan kredit kemungkinan akan melambat.
Lebih lanjut, Arsjad menuturkan kebijakan bank menaikkan suku bunga menyesuaikan dengan kondisi likuiditas masing masing bank. Dengan kata lain, tidak semua bank akan serta merta menaikkan suku bunga. Namun, ia juga berharap bank sentral tidak lagi menaikkan suku bunga sampai akhir tahun ini.
“Kami secara umum memahami alasan yang dikemukakan untuk mengendalikan ekspektasi inflasi. Akan tetapi, kami menyarankan agar tidak ada kenaikan BI7DRR lagi sampai akhir 2022,” papar Arsjad.
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani khawatir bank umum akan mengambil margin bunga bersih (net interest margin) yang terlalu besar usai kenaikan suku bunga acuan BI.
“Yang kami khawatirkan BI menaikkan (suku bunga) terus perbankan umum meresponnya juga memanfaatkan kenaikan yang mengikuti BI,” ujar Hariyadi Sukamdani.
Karenanya, Hariyadi berharap industri perbankan di Indonesia lebih kompetitif agar suku bunga pinjaman bisa lebih rendah. Ia juga mengatakan kenaikan suku bunga akan menambah beban biaya perusahaan. Namun, belum tentu menghambat ekspansi perusahaan. “Menambah cost, iya, kalau menghambat (ekspansi) relatif ya,” ujarnya.